Nilai Nilai Syar'i Di Dalam Filosofi Jajanan Klepon



الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Disuatu malam selepas sholat isa, di sebuah kampung di pegunungan kaki gunung Slamet, susana sepi, malam itu grimis tipis dan berkabut, angin dingin semilir terasa dingin menusuk tulang membuat mengigil seluruh tubuh... Remang remang jalan kampung, lampu jalan di selimuti kabut menjadikan susana menjadi tambah sepi mencekam, orang orang lebih memilih didalam rumah karena dinginnya malam itu. Di kesunyian suasana tampak dari kejauhan rombongan sedang berjalan di jalan kampung berlahan mendekat kearahku......, setelah dekat tampak jelas....  ternyata mereka adalah anak anak muda dan orang² separuh baya, mas² dan bapak² yang akan menuju masjlis Manaqiban yang sedang aku tunggu. Saya ikut bergabung berjalan bersama rombongan menuju majlis rutinan Manaqib. Majlis manakib selalu berpindah pindah dari rumah kerumah Jamaah setiap malam kamis. Saya ikut majlis manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani karena itu adalah kegitan yang baik.
Manaqiban tradisi pembacaan biografi dan keutamaan para wali, orang-orang sholeh, ulama-ulama besar, yang menjadi panutan umat. Dalam acara tersebut biasanya berisi pembacaan fatihah, tawasul, dzikir, pembacaan Quran, sedekah dan jamuan kepada para yang hadir.
manaqib Syaikh Abdul Qadir Jilani itu sangat baik. Karena akan menambah kecintaan kita kepada beliau, yang notebenenya adalah salah seorang wali Allah, bahkan beliau disemati gelar sebagai sulthan al-awliya` atau pemimpin para wali.
اِعْلَمْ يَنْبَغِي لِكُلِّ مُسْلِمٍ طَالِبِ الْفَضْلِ وَالْخَيْرَاتِ أَنْ يَلْتَمِسَ الْبَرَكَاتِ وَالنَّفَحَاتِ وَاسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ وَنُزُوْلِ الرَّحْمَاتِ فِيْ حَضَرَاتِ اْلأَوْلِيَآءِ فِيْ مَجَالِسِهِمْ وَجَمْعِهِمْ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا وَعِنْدَ قُبُوْرِهِمْ وَحَالَ ذِكْرِهِمْ وَعِنْدَ كَثْرَةِ الْجُمُوْعِ فِيْ زِيَارَاتِهِمْ وَعِنْدَ مُذَاكَرَاتِ فَضْلِهِمْ وَنَشْرِ مَنَاقِبِهِمْ
“Ketahuilah! Seyogyanya bagi setiap muslim yang mencari keutamaan dan kebaikan, agar ia mencari berkah dan anugrah, terkabulnya doa dan turunnya rahmat di depan para wali, di majelis-majelis dan kumpulan mereka, baik yang masih hidup ataupun sudah mati, di kuburan mereka, ketika mengingat mereka, dan ketika banyak orang berkumpul dalam berziarah kepada mereka, serta ketika mengingat keutamaan mereka, dan pembacaan riwayat hidup mereka”. (Alawi al-Haddad, Mishbah al-Anam wa Jala` azh-Zhulam, Istanbul-Maktabah al-Haqiqah, 1992 M, h. 90)
Al Imam Sufyan bin Uyainah (198 H)
Imam Uyainah yang merupakan salah satu guru dari Imam Ahmad bin Hanbal ini mengungkapkan hal menakjubkan terkait mengenang ulama sebagaimana berikut:

عند ذكر الصالحين تنزل الرحمة
“Ketika orang-orang Shaleh dikenang, maka Rahmat Allah akan turun”. Al Hafidz Abu Nuaim. Hilyatul Auliya. 7/285

Manaqiban adalah metode untuk mengenang kesolehan seseorang dan perjalanan hidupnya, semoga apa yang diungkap oleh Sufyan bin Uyainah adalah fadilah yang bisa memberi manfaat untuk semua yang mengamalkannya. Sekali lagi manaqiban bukanlah masuk dalam kategori ibadah seperti yang dituduhkan, karena dia hanyalah semata-mata rutinitas membaca sejarah, dan tidak juga dihukumi wajib untuk dikerjakan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (728 H)
Ibnu Taimiyah juga memiliki pandangan khusus terkait mengenang orang shaleh, dimana dalam kitab As- Shafadiyah beliau mengatakan bahwa mengenang kebaikan orang akan membuat hati tentram:

والكمال لا يحصل إلا بالعلم والقدرة والإرادة التي أصلها المحبة وحيث كان الإنسان يلتذ بالعلم فلا بد أن تكون هناك محبة لما يلتذ به. فتارة يكون المعلوم محبوبا يلتذ بعلمه وذكره كما يلتذ المؤمنون بمعرفة الله وذكره بل ويلتذون بذكر الأنبياء والصالحين ولهذا يقال عند ذكر الصالحين تنزل الرحمة بما يحصل في النفوس من الحركة إلى محبة الخير والرغبة فيه والفرح به والسرور واللذة
”kesempurnaan diri tidak akan tercapai tanpa pengetahuan, kemampuan, dan kemauan yang sumbernya adalah cinta. Ketika seseorang merasa nikmat dengan pengetahuan, maka sudah barang tentu di sana ada rasa cinta terhadap apa yang dinikmatinya. Adakalanya apa yang ia ketahui, ia cintai, terasa lezat dengan menyebutnya berulang. Sebagaimana orang-orang yang beriman merasa nikmat dengan makrifat kepada Allah dan berdzikir kepadaNya. Bahkan orang-orang yang beriman merasa nikmat dengan menyebut (mengenang) para nabi dan orang-orang shaleh, oleh karena itu ada slogan “ketika orang-orang shaleh dikenang, maka rahmat Allah akan turun”, dengan bangkitnya jiwa dan hati seseorang untuk mencintai kebaikan dan merasa senang dan nyaman melakukanny." Ibnu Taimiyah. As-Shafadiyyah. Maktabah Ibnu Taimiyah, Mesir. 1406 H. hal 2/269.

Setelah Saya dan rombongan sampai di depan rumah salah seorang jamah manakib, kebetulan malam kamis ini adalah gilirian di rumah Kiai Yunus. Pintu rumah sudah terbuka lebar, tampak karpet biru dan merah sudah dihamparkan memenuhi lanti ruang tamu, tentunya dipersiapkan untuk duduk jamaah manaqib yang hadir.
Salah satu Jamaah yang didepan uluk uluk salam " Assalam'ualaikum..!! "
" wa'alaikumsalam,. Monggo monggo pinarak" jawab tuan rumah dengan sopan
Kami berjabat tangan dengan tuan rumah kemudian salaman secara Muter satu sama lain antara jamaah, suatu kebiasaan yang di lakukan sebelum duduk walapun datang bersama.
Karena jamaah sudah kumpul semua dan kiai Syauqi yang akan memimpin juga sudah hadir, maka di mulailah acara rutinan manaqib, di awali dengan salam oleh kiai Syauqi dan di jawab oleh Jamaah, kemudian bersama sama membaca dua kalimah syahadat tiga kali, istigfar tiga kali, diteruskan baca alfatihah untuk tawasulan di imami kiai Syauqi.
Suasana sangat hidmat dan penuh kekhusyuan dalam lantunan ayat² qur'an dzikir shalawat dan pembacaan manaqib.

Kurang lebih satu jam jamaah larut dalam susana memuji , mengagungkan Sang pencipta Allah SWT, kemudian terdengar Aba aba... "Al Faatihah... " sebagai penutup dzikir dan manaqib dari kiai Syauqi.
Usai sudah acara manaqiban sore itu..

.. Klining.. Klining...klining.. terdengar suara beradu gelas dan logam dari ruang dalam .. Jamaah saling berpandangan entah apa yang mereka pikirkan di otak mereka mendengar suara tadi..
Krucuk... Krucuk krucuk... Klining klining... Suara itu terdengar lagi..

Tiba tiba dari dalam keluar seorang pemuda sambil membawa nampan berisi gelas² yang sudah terisi wedang teh,. Teh pahit ataukah manis?? .. Entahlah saya belum tahu..
Kemudian pemuda tadi menaruh gelas gelas tadi di depan salah satu jamaah,. tanpa di komando seorang jamaah tadi membagikan kejamaah yang lain dengan cara estafet.
Semua sudah kebagian wedang teh.
Belum di persilahkan oleh tuan rumah, saya ambil gelas depan saya dan saya sruput sedikit...bismillah Sruuup.. Ahhh .. Alhamdulillah,. Setelah aku sruput teh itu, ternyata tidak salah apa yang saya pikirkan ketika mendengar suara aneh tadi.. Hehehe
" wah teh manis ini minumnya" itu yang saya pikirkan tadi... Hehehe maklum lagi haus krongkongan kering setelah hampir satu jam membaca dzikir².. Hehe
Eeh halal tidak sih.. minum atau makan hidangan di rumah orang yang belum di izinkan/ dipersilahkan pemilik rumah?
Didesa saya hal itu sudah jadi kebiasaan/Adar, jadi halal dong.. Ehmmm hehehhe..
Dalam fikih ada kaidah al 'adatu muhakkamah ( اَلْعَادَةُ مُحَكَّمَةٌ )
“Adat kebiasaan dapat dijadikan hukum"
dasar hukumnya adalah..
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”
مَا رَءَاهُ اْلمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَءَاهُ المُسْلِمُوْنَ سَيْئًا فَهُوَ عِنْدَااللهِ سَيْءٌ
"Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam maka baik pula di sisi Allah, dan apa saja yang dipandang buruk oleh orang Islam maka menurut Allah pun digolongkan sebagai perkara yang buruk" (HR. Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-Kabiir dari Ibnu Mas'ud).
الاِذْنُ العُرْفِ كَالاِذْنِ اللَفْظِى
“Pemberian izin menurut adat kebiasaan adalah sama dengan pemberian izin menurut ucapan”
Diantara perbuatan yang hukumnya oleh rosulullah SAW ditetapkan berdasarkan adat ialah seperti yang diterangkan hadist:
قدالنبي صلى الله وسلم المدينة وهم يسلفون فىالسمار السنة والسنتين فقال: من سلف في شمر فليسلف في كيل معلوم ووزن معلوم الى اجل معلوم ( اخرجه البجارى عن ابن عباس
“ketika nabi SAW datang dimadinah,mereka (penduduk madinah) telah biasa member uang panjar (uang muka) pada buah-buahan untuk waktu satu tahun atau dua tahun.”
“maka nabi bersabda:barang siapa yang memberi uang panjar pada buah-buahan, maka berikanlah uang panjar itu pada takaran yang tertentu, timbangan yang tertentu dan waktu yang tertentu.”
Contoh: Apabila tuan rumah menghidangkan makanan untuk tamu tetapi tuan rumah tidak mempersilahkan, maka tamu boleh memakannya, sebab menurut kebiasaan bahwa dengan menghidangkan berarti mempersilahkannya. Seperti saya nyruput teh tadi hehhe,..

Para Jamaah hampir semua meminumnya.. Tak berselang lama keluar banyak sekali aneka hidangan jajan jajan pasar ,. Ada Menu utama malam itu ya itu bakso, entah buat sendiri atau pesan di pak nir pedagang baso pertelon desa saya atau beli dimana,. saya tidak menanyakan hehehehe.. Pokoke mangan..hehe
Semua mendapat satu mangkok bakso..
"Monggo di dahari sami dikersa aken sawontene" kiai Yunus tuan rumah malam itu mempersilahkan jamaah untuk menyantap hidangan.. " enggiiiih" jawab jamaah serentak
Semua jamaah husu dan hening asyik sendiri² dalam menikmati santapan.. Sesekali terdengar .. Kriuuuk.. Suara krupuk di gigit setelah menyuapkan bakso... Uuhh.. Ahhh
... Suara kepedasan dari seorang jamaah
Menyantap bakso telah usai.. Jamaah yang merokok mengambil rokok yang di sediakan tuan rumah kemudian menyulutnya, termasuk saya, karena saya termasuk ahli hisap.. Ehehehhe
Obrolan obrolan ringan terdengar diantara Jamaah sambil ada yang ngrokok, ada yang ngemil jajanan pasar yang di hidangkan..

Eeehhhh pak kiai ampun dahar niku..!!
Jamaah dikagetkan suara itu dan serentak melihat asal suara.. Ternyata suara itu berasal dari salah satu jamaah, sebut saja(kang ristam namanya).. ( maaf kang saya sebut namamu he hehe)
Ia salah satu jamaah yang kadang kritis dalam suatu masalah ketika kiai Syauqi memberi sedikit tausiah seusai Manaqiban sambil medang² santai, selalau ada aja pertanyaan dari dia yang di ajukan, sering juga guyonan yang dia keluarkan membuat semua jamaah tertawa terpingkal² karena candaan dia.
Setelah jmaah menatap kang ristam,. Pandangan jamaah beralih pada kiai Syauqi imam manakib,. Kami merasa tedak enak menatap beliau karena ulah kang ristam..

Kami melihat tangan kiai Syauqi di atas piring depan beliu yang berisi jajanan pasar bulat hijau bertaburkan parutan kelapa,..
" ampun di dahar yai" kedua kali kang ristam melarang kiai syauqi memakannya
kami deg degan karena perasaan tidak enak pada kiai Syauqi dan juga tuan rumah kiai Yunus,. kami munundukan kepala setelah mentap kai Syauqi pikiran kami gelisah.. Jangan² jajanannya ga enak apa gimana gitu.. Kang ristam melarang kiai Syauqi untuk memaknya, mbok menyinggung perasaan tuan rumah,. kami masih bingung dan perasaan tidak enak.
Suasana sesaat hening...

" kenging nopo kang? ( kenapa Kang)" suara lembut penuh kesabaran terdengar dari kiai Syauqi dengan senyuman
Kami serentak menatap beliau lagi, senyuman terlihat di bibir beliu
" yai itukan klepon" kang ristam menjawab pertanyaan kiai Syauqi
" iya ini klepon kang, terus ada apa dengan klepon ini?" Kiai Syauqi bertanya lagi
" klepon kan makanan yang tidak syar'i Yai" kang ristam menjawab dengan nada penuh keyakinan
Susasana menjadi hening dan mencekam jamaah saling melongo berpandangan satu sama lain dengan wajah bingung ...

"Kok ada jajanan tidak syar'I fatwa dari mana kang?" Kiai Syauqi bertanya dengan nada heran
" itu kan sudah viral di medos yai, saya baca di FB" kang ristam menerangakan dengan semangat penuh keseriusan
"Wuuiiih... Gaul ya kang" kang sodik salah satu jamaah juga meledek kang ristam
Susana menjadi rame karena selaan Kang sodik.. Hahahahahaha semua jmaah tertawa
" keren kang ristam udah bisa tunyuk² layar sentuh .. Ora mung bisa nutul² bojone tok " seorang jamaah lain menyaut membuat gelak tawa jamaah
Terlihat kiai syauqi ikut tertawa... Kang ristam nyengir kuda mendengar timpalan itu

" sumber info di fb yang sampean baca jelas tidak kang,.? Ini kan berarti berhubungan dengan hukum halal haram ..!!" Suara dari Kang Mustofa dengan nada menyelidik
"Iya.. Gak tau pokoke saya baca di fb gitu" kang ristam menjawab dengan nada kebingungan
" mulane(makanya) kang .. Aja asal baca terus di percaya nek ada info di medsos apa maning kiye gawa gawa hukum agama,.!" Seorang jamaah lain mengingatkan

" betul sakali apa yang di katakan pak Ali" kiai Syauqi merespon perkataan salah satu jamaah yang ternyata pak Ali
"Kang ristaam..." Suara yai Syauqi dengan lembut
" kang..Di tengah kecepatan teknologi informasi digital sekarang ini, ada orang² yang menggunakannya untuk melakukan propaganda dan penyesatan.
Bisa jadi yang buat isu klepon ini bukan orang Islam dengan tujuan membuat kegaduhan di kalangan umat Islam, sehingga orang² yang sudah memposisikan diri berada di kelompok tertentu (baik politik maupun ormas) akan dengan mudah terpancing dan saling serang antara saudara seiman.
Salah satu penyebab perpecahan umat yang sudah sangat mengkhawatirkan hari ini adalah penerimaan (tanpa kritis) seseorang atas ucapan atau berita dari orang lain. Di mana berita tersebut memicu perselisihan. Berapa banyak kerugian yang dihasilkan dari sebuah berita (bohong) yang pada akhirnya melahirkan penyesalan? Berapa banyak berita yang berkembang di tengah masyarakat yang tidak sesuai dengan fakta? Oleh sebab itu, sebagai makhluk yang diberi akal, kita harus hati-hati dalam menerima sebuah isi berita. Harus melakukan proses seleksi dan melakukan penyaringan. Tidak boleh sembrono dengan menerimanya begitu saja." kiai Syauqie Memberi penjelasan
Jamaah terdiam ..  kiai Syauqie mengabil gelas untuk minum teh manis yang masih separuh.. Beliau hanya menyeruput sedikit..
Kemudian Beliau melanjutkan perkataannya..
"Allah SWT telah mewanti-wanti umat Islam untuk tidak gegabah dalam membenarkan sebuah berita yang disampaikan oleh orang² yang tidak jelas atau orang² fasik, dawuh-Nya: 
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS al-Hujurat:6)
Syeikh Thahir ibn Asyur, ahli tafsir kenamaan asal Tunisia, dalam kitabnya berjudul tafsir at-tahrir wa at-tanwir, dalam menafsirkan ayat di atas memberikan sebuah penjelasan bahwa ayat ini menegaskan kepada umat Islam agar berhati-hati dalam menerima laporan atau berita seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya. Hal ini baik dalam ranah persaksian maupun dalam periwayatan.

Sekarang ini, kita dituntut agar berhati-hati dalam menerima pemberitaan dari media apa pun kang... Apalagi sampean ini kan pemain baru di fb,. " kiai syauqi memungaksi penjelasan dengan tersenyum sambil menatap kang ristam 
" tapi kiai di fb kan berarti dibaca orang sedunia yang efbean, kan berarti masalah klepon itu benar kiai,?!" Kang ristam masih ngeyel ,. Munkin dia belum paham penjelasan tadi siih ...hehehe
" kang,.. Sampean tahu tidak apa itu syar'i ?"
Kiai syauqi bertanya 
" hehhehe... Boten paham yai ( tidak tahu Yai).." Jawab kang ristam dengan cengengesan dan muka memerah
"Nggih yai ,.. Maksude syar'i niku nopo nggih,.? Suara parau dan lirih dari salah satu Jamaah yang duduk dipojokan
" wooi tangi tangi kaang (bangun² kang) medang disit ben melek he he heh.. Lah gitu metu suarane aja turu baee..( nah gitu bersuara jangan tidur saja) kang isnaeni,..!!"
Kang sodik berseru pada kang isnaine, membuat jamaah tertawa semua , kang isneni  nyengir dengan seruan itu..( memang kebiasaan kang isnaeni kalau acara mulai sampai ahir pasti tertidur, kalau berdoa biasaanya baru bangun karena di sikut sama yang disebelahnya.. Heheehe)

"Ahli ushul fiqh dan ahli fiqh berbeda pandangan dalam mengartikan hukum syar’i." 
Kata kiai Syauqie
"Bedanya apa kiai?" kang isnaeni npenasaran
"Ahli ushul mendefinisikan hukum syar’I sebagai khitab (titah) Allah yang berhubungan dengan perbuatan mukalaf yang mengandung tuntutan, kebolehan, boleh pilih atau waha’ (yaitu mengandung ketentuan tentang ada atau tidaknya sesuatu hukum). Sedangkan ahli fikih mendefinisikan sebagai efek yang dikendaki oleh titah Allah tentang perbuatan seperti wajib, haram, dan mubah."
" kulo dereng mudeng yai" sela kang ristam dengan penasaran
" Kang... pemahamannya terhadap definisi ini ada ulama yang mengatakan bahwa hukum syar’i itu merupakan koleksi daya upaya para fuqaha(ulama ahli fikih) untuk menerapkan syariat atas kebutuhan masyarakat.
Dari definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa nash dari pembuat syara’ (Allah dan Rasul-Nya) itulah, menurut ahli ushul yang dikataka hukum syar’i. Sedangkan menurut ahli fiqh bukan nash itu yang dimaksud dengan hukum syar’i melainkan efek dari kandungan nash itu sendiri." 
" lalu masalah  info klepon itu tidak syar'I  gimana Yai ??"  Hampir semua jamaah bersaman menanyakan

"sampean semua tahu tidak kenapa jajanan ini dinamakan klepon?" Kiai syauqi balik bertanya pada kita sambil Memegang klepon dan munjukan pada kita
"Mboten yii (tidak tahu Yai )"  serempak Jamaah menjawab
"Jajanan enak ini di kasih nama KLEPON diambil dari kata kata jawa DI KLEKEP BEN ORA KATON" terang kiai Syauqie dengan tersenyum.. Jamaah tertawa mendengar keterangan itu..hahahahaaha
" maksudnya apa Yai??" Tanya kang ristam dengan penasaran

"Klepon, di klekep ben Ora katon(di tutup yang rapat supaya tidak kelihatan), didalam dunia ini ada dua hal, yaitu kebaikan dan keburukan.
Keduanya harus kita tutup rapat rapat² jangan diperlihatkan pada orang lain.
Ketika itu hal kebaikan yang Ada pada diri kita,  kita tutup kebaikan itu supaya tidak di hinggapi virus ' ujub, sum'ah, takabur, riya' dan sifat madzmumah(sifat tercela)yang lain, yang akan menghanguskan pahala kebaikan itu.
Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga perkara yang dapat membinasakan manusia (hamba), yaitu; sikap bakhil yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang kepada diri sendiri.” (HR. Thabrani). 
Seseorang akan giat melakukan sesuatu agar dilihat oleh orang. Agar apa yang dilakukan itu diwartakan/publikasikan, diabadikan oleh juru foto dan kameramen. Sebaliknya, jika tidak ada yang meliput dan memfoto, ia ogah-ogahan untuk melakukannya. orang yang riya itu melakukan amalan hanya agar dilihat dan dapat pujian makhluk. Bukan karena Allah semata, ia tidak mau nglekep( menutup rapat/menyembunyikan) amalnya karena dunia.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berbuat karena riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin didengar), maka Allah akan memperlihatkan dan memperdengarkan (niat) orang itu pada hari Kiamat. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Baihaqi)
Ketika ada kejelekan pada diri kita apa lagi kejelekan orang lain, kita wajib KLEKEP (menutup rap at²) kejelekan orang itu.
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (Shahih Muslim).
Menutup aib orang lain hukumnya wajib. 
Membuka Aib Orang Lain Sama dengan Ghibah
diharamkan bagi seorang Muslim mengungkapkan ‘aib’ saudaranya karena ini termasuk ke dalam perbuatan ghibah, yaitu mengungkapkan aib saudaranya sesama Muslim pada saat orang itu tidak ada dihadapannya dan saudaranya itu tidak menyukainya jika berita tersebut sampai kepadanya tanpa adanya suatu keperluan.
Oleh karena itu para Ulama mengharamkan ghibah ini jika dilakukan tanpa adanya suatu kepentingan bahkah termasuk ke dalam kategori dosa besar,”  Gusti Allah dawuh: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka ‘memakan daging’ saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(Al-Hujurat : 12)
Jadi wong urip kudu bisa KLEPON (KLEKEP BEN ORA KATON) bisa muntup kabaikan supaya bisa ikhlas, menutup keburukan supaya muruah ( harga diri) kita atau orang lain terjaga." 
Kiai Syauqie berhenti sejenak dalam memberikan penjelasan.. Di ambilnya sebatang rokok kemudian di sulut dan di hisapnya... 
Sesaat susana hening tak ada suara kecuali detakan jam di dinding ...

Croot... terdengar sesuatu memuncrat.. Jamaah kaget dan seketika mencari asal suara... Kemudian... Hahahahhaaha hahahaha... Jamaah terpingkal pingkal melihat baju koko putih  dan bibir kang ristam berlumuran cairan gula merah, mulutnya monyong penuh dengan makanan.. 
Eeeh .. Ternyata diam diam dia menghabiskan jajan klepon satu piring yang ada di depan kiai Syauqi,. ealahh kirain tadi udah habisin bakso ternyata masih lapar juga  apa doayan ya??,.. Mmmm.. apa sudah tau kalau klepon itu syar'i dan enak yaaa.. Hehe he
Setelah gelak tawa reda,. Kiai Syauqi meltakan rokoknya di asbak
" Kang... Kang ristam .. " kiai Syauqie memanggil dengan suara menahan tawa 
" dddalemm..." sahut kang ristam dengan mulut masih mengunyah sisa klepon di mulutnya
"Tahu tidak klepon yang sampean habiskan itu terbuat dari apa?" tanya kiai Syauqie
Kang ristam nyengir dan tolah toleh ke kanan kiri ... Hehe hehe .. Dia ditanya malah tertawa..

Tiba tiba... Kang nasif yang menjawab" yai.. Klepon itu terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk seperti bola-bola kecil dan diisi dengan gula merah lalu direbus dalam air mendidih. Klepon yang sudah masak lalu digelindingkan di atas parutan kelapa agar melekat, sehingga klepon tampak berbalur parutan kelapa." kang nasif menjelaskan dengan detail 
" kenapa klepon dibuat Dari tepung beras ketan bukan tepung trigu atau tepung jagung,.. itu bukan kebetulan tapi kehendak Allah seperti itu, supaya kita jadikan i'tibar/ibrah darinya
 Dawuh Allah SWT:
فَاعْتَبِرُوا يَاأُولِي الْأَبْصَارِ (الحشر: 2)
"Maka ambilah(dari kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang orang yang mempunyai pandangan."
Seorang pakar bahasa Arab yang dikenal dengan panggilan Ibnu Faris (329 – 395 H = 941 – 1004 M) berkata saat menjelaskan makna ayat itu :

كَأَنَّهُ قَالَ: انْظُرُوا إِلَى مَنْ فَعَلَ مَا فَعَلَ فَعُوقِبَ بِمَا عُوقِبَ بِهِ، فَتَجَنَّبُوا مِثْلَ صَنِيعِهِمْ لِئَلَّا يَنْزِلَ بِكُمْ مِثْلُ مَا نَزَلَ بِأُولَئِكَ (معجم مقاييس اللغة 4 / 210).

Firman Allah SWT dalam Q.S. al-Hasyr ayat 2 seakan Allah berkata : lihatlah orang yang mengerjakan apa yang dia kerjakan (kejahatan Yahudi Bani Nadhir), yang karena kejahatannya itu ia disiksa dengan siksaan seperti itu, oleh karena itu, jauhilah perbuatan yang seperti perbuatan mereka, agar tidak turun menimpa kalian apa yang menimpa mereka. (Mu`jam Maqayis al-Lughah 4/210).

I’tibar biasa diartikan dengan mengambil ibrah atau mengambil pelajaran. Orang yang pandai dan cerdas adalah orang yang melihat sesuatu lalu mengambil pelajaran dari sesuatu yang dilihatnya. Sesuatu yang dilihat dan diambil darinya pelajaran itu dinamai Ibrah. Kata ibrah (عبرة) berasal dari `abara – ya`buru – `abratan wa `ibratan  wa `ibaaratan, yang arti aslinya menyeberang dari satu tepi sungai ke tepi yang lain yang ada di seberangnya. Karenanya, sampan penyeberang dalam bahasa Arab disebut `abbârah.
Terkait dengan hal ini, Imam Ghazali (450 – 505 H = 1058 – 1111 M) berkata:

مَعْنَى الاِعْتِبَارِ أَنْ يَعْبُرَ مَا ذُكِرَ إِلَى غَيْرِهِ فَلَا يَقْتَصِرُ عَلَيْهِ (إحياء علوم الدين 1 / 62).

Makna I`tibar adalah seseorang yang menyeberang dari apa yang disebutkan kepada apa yang tidak disebutkan, karenanya ia tidak membatasi diri pada apa yang disebutkan sahaja. (Ihya’ `Ulumud-Din 1/62). Lalu Imam Ghazali memberi contoh sebagai penjelasannya, dan berkata:
Misalnya, seseorang menyaksikan suatu musibah yang menimpa orang lain, maka jadilah musibah itu sebagai ibrah baginya, maksudnya, orang itu “menyeberangkan” apa yang dilihat dan disaksikannya kepada dirinya untuk menggugah kesadarannya bahwa bisa saja dirinya terkena musibah yang mirip dengan musibah yang dilihatnya.
Jadi, seseorang yang mengambil ibrah artinya ia menyeberangkan suatu peristiwa yang terjadi pada orang lain ke arah dirinya sendiri.

Orang yang sedang melihat orang mati, supaya i’tibar bahwa dia juga akan mati. Orang yang mengantar mayit ke kuburan lalu menyaksikan pemakaman, hendaklah i’tibar bahwa dia suatu saat juga akan dimakamkan. Yang melakukan i’tibar sejatinya hanyalah orang orang yang cerdas, orang yang hatinya tidak mati, orang hatinya bisa menerima nasehat, karena ingin dekat kepada Allah SWT. Sebaliknya, orang yang tidak mampu melakukan i’tibar adalah orang yang mati hatinya. Na’ udzu billahi min dzalik.
Nabi SAW mengajak kita melakukan i’tibar ketika kita melihat orang mati dan melihat kematian. Nabi SAW bersabda :
كفى بالموت موعظة وفي رواية كفى بالموت واعظا
“Cukuplah kematian itu sebagai nasehat”.

Ambil pelajaran sebanyak-banyaknya dari peristiwa yang kita lihat atau alami saban hari. Seperti klepon yang tadi ada didepanku , tadinya masih utuh Sekarang habis,.. Hehehe
 Kiai Syauqie terkekeh sambil melihat Kang ristam,. Kang ristam salah tingkah sambil cengengesan...
" kenapa beras ketan yai?" Isnaeni tak sabar ingin tahu
"Beras ketan itu mempunyai makna untuk itibar kang... BERAS maknanya BENWARAS ( supaya sehat), misi hidup ini adalah mengabdi, beribadah kepada Allah. Kita akan kesulitan dan merasa berat beribadah atau aktifitas ketika badan ora waras (tidak sehat). Makan dibutuhkan untuk kesehatan kita, dan makan itu juga akan bernilai ibadah di ganjar oleh Allah apabila kita niatkan karena Allah dan apa yang kita makan memenuhi syarat² yang di tentukan agama kita, istilah kang ristam kudu syar'I.... Hehe hehe
Sekarang sampean akan tahu seperti apa makan yang syar'i , klepon sih syar'i tidak? Hehehe...
Kang.. Makanan yang boleh kita makan itu syaratnya:
Harus halal, perkara ini terdapat pada Surah Al-Baqarah ayat 168, yang artinya “Wahai manusia makanlah kamu dari bumi ini yang halal”
Selain Halal asupan yang kita makan juga harus Toyyib, masih dia ayat yang yang sama yaitu Surah Al-Baqarah ayat 168, yang artinya “Wahai Manusia! Makanlah yang halal, lagi yang baik di bumi ini”
Janganlah Makan Berlebihan, hal ini tercantum pada Surah Al-A’raf Ayat 31 yang artinya “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”
Bersyukur atas apa yang dimiliki, hal ini tercantum pada Surah An-Nahl Ayat 114 yang artinya “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”
makanan halal adalah makanan selain yang dilarang atau di haramkan didalam Al-Qur’an maupun dalam Al-hadist. Karena jika memakan makanan yang haram maka dampaknyanya sangatlah fatal bagi hidup seseorang, karena jika makan makanan haram maka itu akan tercampur dalam darah dan daging kita. Bayangkan sesuatu yang harang mengalir dalam darah kita. 
Makanan halal juga tergantung bagaimana cara kita mendapatkan makan tersebut, kita harus mendapatkan makanan dengan cara halal yaitu melalui bertani, berdagang dll. Percuma saja jika makanan tersebut halal tapi mendapatkan dengan Haram maka sama saja makanan tersebut adalah makanan Haram.
Kang... Ketan atau getan itu dari kata DI GEGET BEN KEMUTAN (jawa purbalingga geget/cokot: gigit kemutan/kelingan: ingat)
Di geget ben kemutan maknanya ketika kita mendapatkan nikmat kita harus bersyukur kepada dzat yang memberi nikmat Allah SWT, 
Sebagaimana firman Allah swt dalam Qur’an Surat Ibrahim ayat 7:
‎وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, “Sesungguh­nya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
dawuh Allah SWT:“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada-Nya kalian menyembah.” [QS Al Baqarah: 172]
Bersyukur kepada Allah SWT juga mempunyai arti menjalankan ketaatan kepada Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Kang... Beras ketan juga bermakna" KADANG WARAS KADANG EDAN".. maksudnya keimaan sesorang itu  tidak stabil kadang iman naik kadang turun... Kehidupan ini di gambarkan Nabi: "Tidaklah kehidupan dunia dibandingkan dengan kehidupan akhirat, kecuali seperti saat salah seorang di antara kamu mencelupkan jari telunjuknya di samudra lautan, lalu lihatlah yang tersisa di jari telunjuknya itu (itulah dunia).'' (HR Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Keimanan senantiasa naik turun. Saat iman naik, saat itu kita merasakan betapa lezatnya iman itu. Hidup terasa tenang, dada lapang, mata terasa sejuk, pikiran jernih, kata-kata manis, penuh tawakal, ibadah terasa ringan dan nikmat, kadang air mata ikut menetes untuk ikut merasakan kenikmatannya. Namun, iman bisa turun kalau penjagaannya tidak optimal, karena gerusan kemaksiatan setiap hari pasti dijumpai karena kita tidak hidup sendiri. Tarik-menarik antara keimanan dan kemaksiatan terus akan terjadi.
Kita juga akan merasakan bagaimana kondisi jiwa ketika iman dalam kondisi turun (futur). Hidup penuh dengan ketegangan, dada terasa sempit, penuh dengki, mata liar ke sana-kemari, pikiran kotor, kata-kata tidak terkontrol, ibadah terasa berat, penuh kekhawatiran ......

..." Yai ketan kan lengket maknanya apa" kang isnaeni menyela 
" betul sekali kang.. Ketan lengket, maknanya kita harus selalu menyambung tali silaturhami  
seseorang yang memutus tali silaturahmi (Tidak lengket) maka dianggap sebagai perusak bumi. Bahkan ia juga akan menerima kutukan dari Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam dawuh Rasulullah SAW :
"Tak akan masuk surga pemutus tali silaturahmi".(HR. Bukhari dan Muslim).

Menjalin silaturahmi dengan sesama juga menjadi salah satu sarana kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. saat kita mau menyambung silaturahmi dan memperlakukan manusia dengan baik, berarti kita telah menjalankan perintah Allah SWT. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah SWT menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan. Dia berfirman: "Benar, apakah engkau ridha jika Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau?" Ia menjawab: iya. Dia berfirman: "Itulah untukmu."
Selain dapat mendekatkan diri dengan Allah SWT, silaturahmi juga dapat menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan sesama. Momentum saling memaafkan saat bersilaturahmi dapat membuat hubungan menjadi rukun(lengket seperti ketan). setiap manusia tidak akan pernah lepas dari kesalahan dan dosa, sehingga sudah barang tentu seseorang akan minta maaf dan saling memaafkan.
 Manfaat silaturahmi lainnya yaitu dapat menjadikan kita sebagai makhluk yang mulia. menyambung silaturahmi dengan orang yang telah memutuskan tali silaturahmi merupakan akhlak terpuji yang dicintai oleh Allah. Sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Maukah kalian saya tunjukkan perilaku akhlak termulia di dunia dan di akhirat? Maafkan orang yang pernah menganiayaimu, sambung silaturahmi orang yang memutuskanmu dan berikan sesuatu kepada orang yang telah melarang pemberian untukmu."

Sedangkan seseorang yang suka memutus tali silaturahmi maka dianggap sebagai perusak kehidupan. Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam salah satu surah Al-Quran berikut ini, Allah SWT berfirman:

"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan tali silaturahmi (kekeluargaan)? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka".(QS. Muhammad:22-23)
  
" Yai ...itu kan kang ristam bajunya berlumuran gula, karena ketika gigit klepon mancrot ada maknanya tidak gula didalam klepon itu" kang sodik bertanya
" he he hehe... Betul kang .. Gula didalam ada dua makna, pertama dalam kita makan harus punya adab, sudah paham saya kira itu.. Tapi itibar yang paling utama adalah kita harus menjaga lesan kita jangan smpai mebeberkan aib orang lain, pacen menggunjing, menceritkan aib orang terasa manis sperti mgemut gula..

Dari Abu Barzah Al-Aslami, dia berkata, Rasululullah SAW bersabda: "Wahai orangorang yang beriman dengan lisannya, tapi keimanannya belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian mengumpat seorang Muslim dan jangan pula mencari-cari kesalahannya. Sebab siapa saja yang mencari-cari kesalahan orang lain, maka Allah akan mencari-cari kesalahannya. Maka siapa saja yang Allah telah mencari-cari kesalahannya, Allah tetap akan menam paka n kesalahannya meskipun ia ada di dalam rumahnya." (HR Abu Dawud).
Hadis Rasulullah ini memberikan peringatan kepada kita untuk menjaga lisan. Tidak membicara kan kekurangan orang lain dan mencari-cari kesalahannya. Islam adalah agama rahmat yang mengajarkan umatnya untuk tidak mengumpat dan membuka aib sesama. Orang yang beriman harus menjaga tutur kata dalam ucapan maupun sesuatu yang disampaikan dalam tulisan.
Menggunjing termasuk dosa besar yang dilarang dalam Islam. Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha penerima tobat, Maha Penyayang" (QS al- Hujurat:12).
Kita harus sadar, manusia bukan malaikat yang terbebas dari dosa dan bukan iblis yang sepenuhnya durhaka. Manusia bisa benar, juga bisa salah. Tidak ada manusia yang sempurna dalam segalanya, selalu ada kekurangan yang menyertai nya. Nabi bersabda: setiap anak adam pernah berbuat salah dan sebaik-baiknya yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya (HR Tirmidzi).
Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk manusia berbangga karena melakukan kebaikan dan merendahkan orang yang pernah melakukan kesalahan. Karena pada dasarnya, setiap orang memiliki cela yang masih Allah tutupi. Imam Ahmad bin Hambal ketika dipuji oleh seseorang dia berkata, "Demi Allah, seandainya engkau mengetahui apa yang ada padaku berupa dosa dan kesalahan, niscaya engkau taburkan tanah di atas kepalaku".
Dari pernyataan tersebut, kita bisa memahami bahwa setiap manusia memiliki aib yang masih dijaga oleh Allah yang maha penyayang. Dan kalau dibuka, keburukan akan tampak.
Sebagai seorang Muslim, kita harus belajar menjaga kekurangan orang lain. Renungi aib sendiri tanpa harus memikirkan kelemahan saudara Muslim lainnya. Alangkah baiknya jika kita menutup rapat aib sesama dan menjaga kehormatannya, karena orang yang menutupi aib saudaranya, Allah akan menjaga aibnya.
Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan akhirat" (HR Ibnu Majah). "

Kyai sayuqie diam ... " jam berpa ini?" Kiai Syauqie tiba tiba menanyakan jam...
Jamaah kompak melihat jam yang terpasang di dinding
" jam sebelas Yai ,..!!?".. Jawab jamaah bersmaan pula...
 .. Shalluu 'alaa Nabi Muhammad..!!! 
Seruan bershalawat di ucapkan kiai Syauqie
Serta merta jamaah membaca shalawat" Allahumma shalli alaih" sembari berdiri kemudian pamit pulang kerumah masing masing.

Jadilah orang seperti jajan KLEPON" DI KLEKEP BEN ORA KATON" yaitu orang yang bisa menjaga lisanya untuk tidak berbuat kerusakan

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

"Seorang Muslim adalah orang yang sanggup menjamin keselamatan orang-orang Muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya." [HR Bukhari] 



















Comments

Popular posts from this blog

Wali Malamatiyyah

Bait Syair Yang Terukir Di Gembok Makam Rasulullah SAW

Pemimpin Cerminan dari Rakyatnya