Wali Malamatiyyah


Malamatiyah secara bahasa artinya sesuatu yang bersifat caci maki atau dicaci maki. Dalam Tashawwuf, Malamatiyah adalah perilaku shufi yang menyembunyikan kebaikannya dan yang tampak di mata awam adalah keburukannya sehingga menjadikan ia selalu menjadi sasaran celaan dan cemoohan orang lain. Para Malamatiyah ini lebih suka dicela dari pada dipuji dan lebih suka dihina dari pada dibela. Tujuannya adalah agar bisa mengukuhkan keikhlasannya dalam hati dan terhindar dari hubbul jah (cinta pangkat kehormatan) dan takabbur (kesombongan). Sayid Muhammad bin Abdul Karim al Kasnazan al Husaini (Mursyid Thariqah Qadiriyah dari Iraq, lahir 1358 H/1938 M, beliau sekarang masih aktif) menjelaskan :

الْمَلاَمَتِيَّةُ ، وَهُمُ الَّذِيْنَ لَمْ يُظْهَرْ لِمَا فِي بَوَاطِنِهِمْ أَثَرٌ عَلَى ظَوَاهِرِهِمْ.
(موسوعة الكسنزان فيما اصطلح عليه أهل التصوف والعرفان للسيد محمد بن الشيخ عبد الكريم الكسنزان الحسيني (2/ 11))

Al Malamatiyah adalah mereka yang lahiriyahnya tidak terpengaruh dari ketinggian maqam yang batin mereka. (Mausu’ah al Kasnazan Fima Ishthalaha ‘Alaihi Ahl al-Tashawwuf wa al-‘Irfan karya Sayid Muhammad bin Abdul Karim al Kasnazan al Husaini, (2/ 11))

Malamatiyah merupakan derajat tinggi, sulit dan istimewa di kalangan para wali. Sehingga dalam sejarah tashawwuf, disebutkan ada sekolompok ahli sesat dan ma’siat yang mendakwakan diri sebagai wali malamatiyah tapi tujuannya hanya untuk menutupi kesesatannya dan kema’siatannya. Maka dalam hal ini, al-Imam al-Suhrawardi memberikan penjelasan :

إِنَّ مِنْ أُصُولِ الْمَلاَمَتِيَّةِ : أَنَّ الذِّكْرَ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ: ذِكْرٍ بِاللِّسَانِ، وَذِكْرٍ بِالْقَلْبِ، وَذِكْرٍ بِالسِّرِّ، وَذِكْرٍ بِالرُّوحِ. فَإِذَا صَحَّ ذِكْرُ الرُّوحِ سَكَتَ السِّرُّ وَالْقَلْبُ وَاللِّسَانُ عَنِ الذِّكْرِ، وَذَلِكَ ذِكْرُ الْمُشَاهَدَةِ. وَإِذَا صَحَّ ذِكْرُ السِّرِّ سَكَتَ الْقَلْبُ وَاللِّسَانُ عَنِ الذِّكْرِ، وَذَلِكَ ذِكْرُ الْهَيْبَةِ. وَإِذَا صَحَّ ذِكْرُ الْقَلْبِ فَتَرَ اللِّسَانُ عَنِ الذِّكْرِ، وَذَلِكَ ذِكْرُ اْلآلاَءِ وَالنَّعْمَاءِ. )كتاب عوارف المعارف للسهروردي (1/ 64)

“Sesungguhnya di antara pokok-pokok (amalan) Malamatiyah, sesungguhnya dzikir itu ada empat macam: dzikir lisan, dzikir qalbi, dzikir sirri dan dzikir ruh. Jika ruh sudah berdizikir, maka sirri, hati dan lisan diam dari dzikir, inilah yang disebut dzikir musyahadah. Jika sirri sudah dzikir, maka hati dan lisan diam dari dzikir, inilah yang disebut dzikir haibah. Dan jika hati sudah dzikir, maka lisan berhenti dari dzikir, inilah yang disebut dzikir karunia dan anugrah. (‘Awariful Ma’arif, karya al-Suhrawardi, 

Tulisan ini sebagai pengingat agar kita selalu menjaga sikap terhadap orang lain. Sebab boleh jadi orang yang kita anggap rendah adalah seorang wali Malamatiyyah dan efeknya fatal bagi kita jika merendahkan mereka. Apalagi akhir zaman ini sudah mulai banyak orang yg hijrah bertaubat dan sedang menjalani suluk keshufian. Sepanjang hidup saya sempat beberapa kali bertemu dengan golongan Malamatiyyah. Husnuzhon saya dari tanda tanda mereka yg paling terlihat yaitu TIDAK BANGGA KETIKA DIPUJI DAN TIDAK KECEWA KETIKA DICACIMAKI. Kadang mereka orang miskin, orang kaya, preman pasar, santri, dan lain lain.

Wallahu A'lam

Baca Juga: 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bait Syair Yang Terukir Di Gembok Makam Rasulullah SAW

Pemimpin Cerminan dari Rakyatnya