Menjadi Manusia Mulia

Topik penting:
• Menggabungkan Beberapa Niat Dalam Satu Ibadah


Manusia yang terlahir secara mulia tidak semua menjadi mulia. Godaan-godaan nafsu membawa seseorang kepada kehinaan, yang seringkali dikemas dengan indah dan menggiurkan. Betapa banyak seseorang yang ketika miskin mampu mempertahankan kemuliaannya, namun ketika berkecukupan harta, terpuruk dan hina. Ketika masih bodoh, belum banyak ilmu, dengan keluguannya, mentaati aturan-aturan dan pada tarap tertentu menjadi mulia, tapi semakin pandai, semakin banyak aturan yang diakali, hingga menjatuhkan dirinya ke lembah hina. Ketika tidak mempunyai kekuasaan yang dapat dibanggakan, dia menjalani hidup secara wajar, namun semakin tinggi kekuasaan yang diraih, kesombongan dan keangkuhan yang menjadi penampilannya.

Menjadi sosok mulia adalah keinginan setiap manusia, namun tidak setiap manusia mengetahui tentang hakikat kemuliaan.
Imam Syafi’i menjelaskan bahwa terdapat 3 hal yang menunjukkan ke-muliaan seseorang.
كتمان الفقر حتى يظن الناس من عفتك أنك غني
Pertama, mampu menyembunyikan kemiskinannya. Sehingga orang disekitarnya menyangka dia adalah orang berada, hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menjaga kehormatannya. Dan juga agar tidak merepotkan orang lain.
وكتمان الغضب حتى يظن الناس أنك راض
Kedua, mampu menyembunyikan kemarahannya. Sehingga orang disekitarnya menganggap dia ridho, dan tidak ada kemarahan sedikitpun ketika sedang menghadapi sesuatu yang tidak disenangi. Hal ini sebagai upaya meminimasilasi konflik, dan munculnya prasangka buruk dari orang lain terhadap diri sendiri.
وكتمان الشدة حتى يظن الناس أنك متنعم
Ketiga, mampu menyembunyikan kesulitan dan kesusahannya. Sehingga orang disekitarnya menyangka, bahwa dia orang yang penuh kenikmatan dan kecukupan.
Dimasa sekarang ini begitu dahsyatnya ujian bagi kita semua, ada satu hadist yang bisa menjadi "penyemangat". Kita tahu dan yaqin apa² yang Rasulullah sabdakan :
“Bencana senantiasa menimpa orang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pada dirinya”.
(Hr Tirmidzi, Ahmad).

(Manaqib Asy-Syafi’i Lil Baihaqi)
Topik lainya untuk di baca:

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Wali Malamatiyyah

Bait Syair Yang Terukir Di Gembok Makam Rasulullah SAW

Pemimpin Cerminan dari Rakyatnya