Nasehat Yang Tak Terlupakan Imam Ahmad
Baca juga: Diskusi Suni vs Salafi
• Tradisi Bisa Menjadi Syiar Islam
Diantara jalan menuju taqwa, mengambil pelajaran dan pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain. Al-Qur’an sering menceritakan berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau yang melibatkan umat-umat terdahulu untuk diambil i’tibar dan pelajaran darinya.
Dalam QS. Al-An’am ayat 6, Allah ber”rman yang artinya; “Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, Padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, Yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.”
Sebuah Nasehat yg Legendaris yg tak pernah dilupakan oleh Imam Ahmad rahimahullah...
Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata:
“Seringkali dahulu aku mendengar ayahku (al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah) berkata:
Ya Allah, ampunilah Abul Haitsam. Ya Allah, rahmati Abul Haitsam.
Maka aku bertanya padanya: “Wahai ayahanda, siapakah Abul Haitsam?”
Beliau menjawab:
6Seseorang dari kalangan Arab (Badui) yang wajahnya sama sekali tak pernah kulihat. Suatu malam ketika aku selesai dicambuk dahulu (karena fitnah Alquran adalah makhluk-pent), mereka (penguasa) menahanku di penjara bawah tanah yang gelap.
Lalu seseorang mencolekku dan bertanya:
'Apakah engkau Ahmad bin Hambal?”
Al-Imam Ahmad: “Benar.”
Dia berkata: “Apakah engkau mengenalku?”
Al-Imam Ahmad: “Tidak.'
Dia berkata kembali:
“Aku adalah Abul Haitsam, sang perampok, peminum khamr, dan tukang begal. Tertulis dalam catatan Amirul Mukminin, bahwasanya aku telah dicambuk sebanyak 18 ribu kali cambukan yang bermacam macam. Dan sungguh aku telah mampu bersabar menanggung semua (siksaan) ini di atas jalan setan. Maka bersabarlah engkau wahai Ahmad, (karena engkau disiksa) di jalan Allah!
Maka ketika mereka mengikatku dan memulai cambukannya, setiap kali cambuk mendarat di punggungku, aku teringat ucapan Abul Haitsam dan aku berkata dalam hati:
“Bersabarlah, engkau di jalan Allah wahai Ahmad!”
[Manaqib al-Imam Ahmad bin Hambal hal 450-45]
Semoga Allah mengampuni dan merahmati Abul Haitsam, si pemberi semangat sang Imam untuk tetap kokoh di atas kebenaran, walaupun dirinya sendiri bergelimang kejelekan.
Semoga bermanfaat
Baca Juga: Debat Kiai Kampung dan Sarjana Libral
Comments
Post a Comment