Kantong Wasiat Sahabat Abu Hurairah ra
Baca topik iki:
• Seruan Bergembira Lahirnya Cahaya Diatas Cahaya
Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (lahir 598 - wafat 678), yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Hurairah adalah seorang Sahabat Nabi yang terkenal dan merupakan periwayat hadits yang paling banyak disebutkan dalam isnad-nya oleh para ahli hadits.
Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (lahir 598 - wafat 678), yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Hurairah adalah seorang Sahabat Nabi yang terkenal dan merupakan periwayat hadits yang paling banyak disebutkan dalam isnad-nya oleh para ahli hadits.
Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Hurairah adalah Abdullah bin Amin dan ada pula yang mengatakan nama aslinya ialah Abdur Rahman bin Shakhr.
Thufail bin Amr, seorang pemimpin Bani Daus, kembali ke kampungnya setelah bertemu dengan Nabi Muhammad dan menjadi muslim. Ia menyerukan untuk masuk Islam, dan Abu Hurairah segera menyatakan ketertarikannya meskipun sebagian besar kaumnya saat itu menolak. Ketika Abu Hurairah pergi bersama Thufail bin Amr ke Makkah, Nabi Muhammad mengubah nama Abu Hurairah menjadi Abdurrahman (hamba Maha Pengasih). Ia tinggal bersama kaumnya beberapa tahun setelah menjadi muslim, sebelum bergabung dengan kaum muhajirin di Madinah tahun 629. Abu Hurairah pernah meminta Nabi untuk mendoakan agar ibunya masuk Islam, yang akhirnya terjadi. Ia selalu menyertai Nabi Muhammad sampai dengan wafatnya Nabi tahun 632 di Madinah.
Inilah sepenggal kisah nyata beliau yang membuktikan keajaiban benda yang di berkahi Allah lantaran Nabi Muhammad saw yang mulia.
Abu Hurairah berkata : “Saya merasa sedih karena tiga hal.
- Pertama, sewaktu Nabi wafat.
- Kedua, peristiwa terbunuhnya Utsman.
- Rumah saya dibakar, harta saya dirampok dan hilanglah tempat perbekalan kecil saya.
Orang² yang hadir di sekitar Abu Hurairah bertanya, “Apa yg engkau maksudkan dengan tempat perbekalan itu, wahai Abu Hurairah?”
Abu Hurairah menjawab: "Ketika kami dalam perjalanan bersama Rasulullah, banyak orang yang kelaparan. Beliau bertanya, “Hai Abu Hurairah, apakah kamu punya sisa makanan?”
Saya menjawab, “Ya, Saya membawa beberapa kurma di tempat perbekalan.” Lalu beliau menyuruh saya untuk membawanya kepada beliau.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung membawanya pada Rasulullah. Ketika itu, beliau memasukkan tangannya ke dalam tempat perbekalan lalu mengeluarkannya kembali dengan satu genggam kurma. Beliau membeberkan kurma itu, sehingga terlihat banyak. “Undanglah sepuluh orang untuk datang kemari!” kata beliau. Setelah sepuluh orang itu datang, mereka dipersilahkan untuk makan kurma itu sampai kenyang.
Secara bergiliran, sepuluh demi sepuluh, mereka datang untuk memakan kurma² tersebut. Akhirnya semua orang yang ada pada saat itu semuanya merasa puas dan kenyang. Meskipun demikian, kurma² itu masih tersisa.
Kemudian beliau berkata kepada saya, “Duduklah dan makan bagianmu!” Maka saya pun makan kurma² yang dibeberkan tadi, ternyata jumlahnya menjadi lebih banyak dari yang saya berikan. Setelah, sisa kurma saya masukkan ke dalam kaleng 20 butir. Di perjalanan Rasul bertanya : Apa itu duhai Abu Hurairah?
"Kurma ya Rasulullah" .
"Keluarkan perintah Rasul.
Maka saya keluarkan kurma tersebut. Kemudian Rasul meniup kurma tersebut satu persatu sambil membacakan doa. Lalu Rasul berkata :
"Jika kamu lapar, masukkan tanganmu kedalam kantong, jangan ditumpahkan" .
Semenjak itu saya mengambil kurma dari dalam tempat perbekalan tersbut, isinya tak pernah habis, bahkan sampai Rasulullah wafat.
Saya tau bahwa kurma tersebut berjumlah 20. Namun saya telah memakannya yang bijinya saja jika dikumpulkan jumlahnya sebanyak 100 karung.
Kurma² itu sebagai penyambung hidup saya pada masa Rasulullah. Selain itu, saya juga menafkahkannya untuk memberi makan orang lain.
Sayyidina Abu Hurairah melanjutkan : "Kebiasaan ini berlanjut terus pada masa Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Baru ketika Utsman terbunuh, rumah saya kena bongkar. Maka tempat perbekalan itu pun hilang entah kemana.”
(Tarikh at Thabari).
والله اعلم
Baca juga:
Comments
Post a Comment