Masihkah Ada Lagi Khilafah??

Topik penting :
•Era Ke Emasan ke Ilmuan Dunia Islam
• Syahwat Politik Kekuasaan


Tema ini mesti degan tartil (tertib) di baca.. Terkhusus agar kita tidak buru² meyimpulkan tentang adanya "khalifah" atau khilafah" yang sedang menjadi "bola liar" di segelintir orang pengusung khilafah dan mereka yang terperdaya dan menjadi simapatisan.
Mereka biasanya menjalankan agendanya melalui propaganda untuk mendelegitimasi kekuasaan pemerintah yang sah. Untuk mendoktrinkan khilafah ke umat Islam mereka akan membangun narasi bahwa pemerintah bertindak sewenang-wenang dan zalim pada kaum muslim. Narasi bertujuan untuk menggerus kepercayaan publik pada pemerintah. Jika masyarakat kehilangan kepercayaan pada pemerintahnya, maka ideologi khilafah akan dengan mudah menancapkan dominasinya di tengah masyarakat.

Para pengusung khilafah umumnya akan membangun sebuah asumsi bahwa berbagai krisis yang dialami dunia Islam hari ini, mulai kemerosotan moral, keterbelakangan pendidikan dan kemiskinan ekonomi disebabkan oleh dominasi sistem ekonomi dan politik Barat. Para pengusung khilafah dikenal lihai menyusun teori konspirasi yang secara serampangan menisbatkan Barat sebagai biang dari kemunduran peradaban Islam. Teori konspirasi ini terbukti efektif mencuci otak sebagian umat Islam hingga mempercayai bahwa kejayaan Islam akan kembali diraih melalui pemberlakuan syariat Islam, tentunya di bawah naungan khilafah islamiyyah.

Saat ini kaum muda muslim harus memahami sejarah peradaban Islam dari masa ke masa, terutama menyangkut sistem politik (siyasah). Kaum muda muslim harus paham bahwa sepanjang sejarah peradaban Islam dari masa Nabi Muhammad, Khulafa al Rasyidun, era kekhalifahan hingga era modern-kontemporer, suksesi kekuasaan dan sistem politik selalu berbeda-beda. Artinya, tidak ada sistem politik tunggal dalam sejarah peradaban Islam. Hal ini wajar mengingat di dalam Alquran maupun Sunnah tidak ada satu pun ajaran yang menyuruh umat Islam membentuk sebuah negara Islam dengan penerapan hukum syariah. Secara sosio-historis, dapat kita simpulkan bahwa sistem khilafah murni merupakan produk politik, alih-alih produk agama. Sebagai produk politik, sistem ­khilafah ­tentunya tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan. Sejarah mencatat bahwa di era kekhalifahan Ummayah dan Abbasiyah yang kerap dijadikan standar ideal pun berbagai persoalan ekonomi, politik, sosial dan agama pun tetap ada. Fakta ini sekaligus mematahkan klaim bahwa khilafah ialah sistem politik yang nircela. Pemahaman sejarah keindonesiaan dan keislaman ini mutlak harus dikuasai oleh kaum muda muslim agar mereka tidak mudah dicuci otaknya oleh para pengasong ideologi khilafah.

Para ulama Ahlussunah wal Jamaah memasukkan aspek "kepemimpinan dalam kategori fiqih atau cabang aqidah, dan bukan pokok aqidah".
Kenapa? Agar manusia tak terbelenggu fanatisme buta sehingga perbedaan pendapat menjadi bagian dari kewajaran. Di antara perbedaan itu adalah mengenai siapakah yg dimaksud dengan khalifah yang berada dalam manhaj kenabian (khilafah ala minhajin nubuwwah), dan kepemimpinan dua belas lelaki, atau khalifah atau amir.
" Dari Hudzaifah bin al Yaman ra, berkata,
“Sesungguhnya Nabi bersabda :
"Kenabian akan menyertai kalian selama Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkat kenabian itu bila menghendakinya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian (khilafah 'ala minhajin nubuwwah) pada waktu Allah menghendakinya. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya. Kemudian akan datang kerajaan yg menggigit dalam waktu yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya dan diganti dengan kerajaan yang memaksakan kehendaknya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian.’ Lalu Nabi diam.”
Habib bin Salim berkata : "Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, sedangkan Yazid bin al Nu’man bin Basyir menjadi sahabatnya, maka aku menulis hadits ini kepada Yazid. Aku ingin mengingatkannya tentang hadits ini (yang aku riwayatkan dari ayahnya). Lalu aku berkata kepada Yazid dalam surat itu : "Sesungguhnya aku berharap bahwa Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yg mengikuti minhaj al nubuwwah sesudah kerajaan yg menggigit dan memaksakan kehendak". Kemudian suratku mengenai hadits ini disampaikan kepada Umar bin Abdul Aziz, dan ternyata beliau merasa senang dan kagum dengan hadits ini’.”
(Hr Ahmad, Abu Dawud, al-Baihaqi).
Berdasar riwayat ini ada banyak ulama yg menyatakan bahwa khilafah ala minhajin nubuwwah ini sudah "tergenapi" oleh Khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Sementara, ada pula ulama yg menyatakan bahwa khilafah ala minhajin nubuwwah ini adalah Al-Mahdi akhir zaman.
Adapun tentang dua belas pemimpin, bahwa umat Islam akan kokoh dalam persatuan selama dipimpin oleh dua belas orang ini. Dalam Shahih Muslim dan Sunan Abi Daud, digunakan istilah "khalifah" untuk dua belas pemimpin ini. Sementara dalam Shahih Bukhari memakai istilah "Amir".
Demikianlah, Rasulullah memerintahkan manusia untuk taat kepada pemimpin, adakalanya memakai istilah imam, sultan, dan amir.
لا يزال هذا الدين قائما حتى يكون عليكم اثنا عشر خليفة، كلهم تجتمع عليه الأمة
"Agama ini akan selalu tegak sampai ada bagi kalian, 12 khalifah. Mereka semua disepakati oleh umat"
(Hr. Abu Dawud).
Para ulama berbeda pendapat, apakah dua belas khalifah itu sudah terjadi, ataukah ada yang belum terjadi. Bagi yg memahami sudah terjadi, maka dengan menghitung khulafaur Rasyidin (4 Orang Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali), Hasan, Muawiyah, Umar bin Abdul Aziz, dan beberapa khalifah dari Bani Umayyah, dan atau diakhiri dengan Abbasiyah. Baik dengan menghitung Umar ibn Abdul Aziz sebagai khalifah terakhir dari dua belas orang itu, atau memasukkan beliau sebagai salah salah satunya, yang jelas bagi yang berpandangan bahwa dua belas pemimpin ini telah berlalu, maka kesimpulannya, khalifah yang bermanhaj ala nubuwwah berkaitan dengan akhir dari dua belas khalifah.

Sementara, bagi yg berpendapat bahwa dua belas khalifah itu belum berakhir, karena masanya hingga menjelang kiamat, maka hitungan yang disepakati adalah empat Khulafaur Rasyidin, Sayyidina Hasan, dan Umar ibn Abdul Aziz.

Imam as Suyuthi dalam Tarikh Khulafa' menyatakan : "Dengan demikian, berarti dua belas khalifah telah ada delapan orang, yaitu Khulafaur Rasyidin yang empat (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali), Hasan, Muawiyah, Abdullah bin Zubair, dan Umar bin Abdul Aziz. Jumlah ini mungkin dapat ditambah dengan al Muhtadi dari Bani Abbasiyah yang kedudukannya seperti Umar bin Abdul Aziz dari Bani Umayyah, dan dengan az-Zahir karena dengan keadilannya. Tinggal dua khalifah lagi yang kita tunggu, yang salah satunya adalah al-Mahdi dari ahli bait Rasulullah.
Pemahaman bahwa kepemimpinan ideal terwujud di akhir zaman karena memang sudah dinubuahkan oleh Rasulullah tentu menenangkan kita semua. Artinya, khalifah akhir zaman yang sesuai dengan manhaj nabi dan mengokohkan dakwah Islam sebagai rahmat bagi alam itu pasti akan datang.
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dengan judul Babu "Ma Jaa fi al-Mahdi"
“Dari Abdullah (bin Mas'ud) berkata, Rasulullah bersabda, :, "Tidak hancur dunia (kiamat) hingga menguasai Arab seorang laki-laki dari keturunanku, yang namanya sama dengan namaku’.”
(Hr At-Tirmidzi).
Di antara dua belas hadits tema al-Mahdi itu, ada dua hadits yang jelas menyebut nama al Mahdi, sementara hadits lainnnya, adalah mengarah pada keadaan dan ciri al-Mahdi dengan matan
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: المهدي من عترتي من ولد فاطمة
Aku (Ummu Salamah) mendengar Rasulullah bersabda :
"Al-Mahdi itu berasal dari keluargaku, dari keturunan Fathimah.
Rasulullah bersabda : "Al-Mahdi itu dari keturunanku, dahinya lebar hidungnya mancung. Ia memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kezaliman dan kelaliman."
Dari Rasulullah, bersabda : "Sekiranya dunia ini tidak tersisa kecuali hanya sehari, Zaidah menyebutkan dalam haditsnya, "Maka Allah akan memanjangkan hari itu”, "kemudian mereka bersepakat dalam menyebutkan lafadz hingga Allah mengutus seorang laki-laki dariku, atau dari keluargaku; namanya sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya juga sesuai dengan nama ayahku. Dalam hadits Fithr ditambahkan, "Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana kezaliman dan kelaliman pernah memenuhinya." Dalam hadits riwayat Sufyan beliau mengatakan: "(Dunia) tidak akan pergi, atau tidak akan hancur hingga seorang laki-laki dari ahli baitku menguasai Arab; namanya sesuai dengan namaku."
Iman Abu Daud berkata; "lafadz hadits Umar dan Abu Bakar semakna dengan lafadz Abu Sufyan."
Al-Mahdi ini dibaiat di antara rukun Ka'bah dan Maqam Ibrahim, sebagaimana riwayat di bawah ini.
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin Hisyam, telah menceritakan kepada saya oleh ayahku, dari Qatadah dari Shalih Abi Al Khalil dari seorang temannya dari Ummu Salamah istri Nabi saw dari Nabi beliau bersabda :
“Akan ada perselisihan pada saat matinya seorang khalifah. Maka keluarlah seorang laki-laki dari penduduk kota Madinah berlari menuju Makkah. Orang² dari penduduk Makkah mendatanginya, lalu mereka mengeluarkan laki-laki itu sedang laki-laki itu membencinya. Kemudian mereka membaiat laki-laki itu di antara rukun (Yamani) dan Maqam ,(Ibrahim), lalu dikirimkan kepadanya satu pasukan lalu pasukan itu ditenggelamkan di Baida yang terletak antara Makkah dan Madinah. Maka tiba-tiba orang² melihat laki-laki itu didatangi oleh para Abdal dari Syam dan kelompok² dari Irak lalu mereka membaiat laki-laki itu di antara rukun (Yamani) dan Maqam (Ibrahim). Lalu muncullah seorang laki-laki dari golongan Quraisy yang paman-pamannya dari suku Kalb, kemudian dia (lmam Mahdi) mengirimkan kepada mereka satu pasukan lalu pasukan itu pun mengalahkan mereka. Itu adalah pasukan suku Kalb, dan adalah suatu kerugian bagi siapa saja yang tidak mempersaksikan ghanimah dari Kalb itu. Kemudian dia (imam Mahdi) mengamalkan di tengah manusia sunnah Nabi mereka dan menyebarkan Islam ke seluruh bumi. Dan dia [Imam Mahdi] akan tinggal selama tujuh tahun lalu meninggal dan disholatkan oleh kaum muslimin.”
(Hr Abu Daud, Ahmad,at-Thabarani, Ibnu Hibban,Hakim) .

Disamping keterangan dari dalil² diatas ada lagi dalil Hadits Nabi bahwa Khilafah itu hanya berlangsung selama 30 tahun, dan setelah itu yang berkuasa adalah para raja. Nabi bersabda:
الخلافة فى امتى ثلاثون سنة ثم مُلكا بعد ذلك
"Khilafah di tengah umatku selama 30 tahun. Kemudian setelah itu diganti (raja²) kerajaan.”
(Hr Ahmad, Abu Daud, Turmudzi).
Rentang 30 tahun tersebut terhitung sejak masa Abu Bakar ra hingga peristiwa penyerahan kekhalifahan di masa Hasan bin Ali ra kepada Mu’awwiyah ra. Ibn Katsir dalam Bidayah wan Nihayah mengonfirmasi hal ini.
Dengan demikian, masa selanjutnya itu sudah sistem kerajaan atau sistem² yang berlaku di berbagai negara di belahan dunia saat ini. Ini fakta yang seringkali disembunyikan oleh mereka yg kini bekoar-koar hendak "mendirikan" kembali Khilafah.

والله اعلم
Topik Menarik Lainnya :

Comments

Popular posts from this blog

Wali Malamatiyyah

Bait Syair Yang Terukir Di Gembok Makam Rasulullah SAW

Pemimpin Cerminan dari Rakyatnya