Antara Emas dan Tanah
Di dalam hidup ini, kita tak perlu berupaya untuk menjadi seseorang yang berpengaruh, dihormati, disegani, apalagi ditakuti. Tetapi jadilah seseorang yang bermanfaat bagi siapa pun di sekeliling diri kita.
Seorang Muslim lebih diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni.
Manusia tercipta dari tanah, maka berusaha agar seperti watak tanah... Apalah arti berkehidupan cemerlang seperti emas kalau tidak bisa bermanfaat bagi sesama...
Emas berkata pada tanah, “Coba lihat pada dirimu, suram dan lemah, apakah engkau memiliki cahaya mengkilat seperti aku.......???
Apakah engkau berharga seperti aku....... ???”
Tanah menggelengkan kepala dan menjawab, “Aku bisa menumbuhkan bunga dan buah, bisa menumbuhkan rumput dan pohon, bisa menumbuhkan tanaman dan banyak yang lain, apakah kamu bisa....... ???”
Emas pun terdiam seribu bahasa......!!!!!
Dalam hidup ini banyak orang yang seperti emas, berharga, menyilaukan tetapi tidak bermanfaat bagi sesama.
Sukses dalam karir, rupawan dalam paras, tapi sukar membantu apalagi peduli.
Tapi ada juga yang seperti tanah. Posisi biasa saja, bersahaja namun ringan tangan siap membantu kapanpun.
Makna dari kehidupan bukan terletak pada seberapa bernilainya diri kita, tetapi seberapa besar bermanfaatnya kita bagi orang lain.
Jika keberadaan kita dapat menjadi berkah bagi banyak orang, barulah kita benar- benar bernilai.
Apalah gunanya kesuksesan bila itu tidak membawa manfaat bagi kita, keluarga dan orang lain.
Apalah arti kemakmuran bila tidak berbagi pada yang membutuhkan.
Apalah arti kepintaran bila tidak memberi inspirasi di sekeliling kita.
Karena hidup adalah proses, ada saatnya kita memberi dan ada saatnya kita menerima.
Mugi manfaati
Comments
Post a Comment